Senin, 14 Juli 2008

Dari VMJ Sampai Nikah

Lagi-lagi topiknya tentang VMJ. Emang ada apa dengan VMJ?? Ga kenapa2 soalnya dia ga ada apa2nya… ah, andai saja emang ga ada. Lho… Jadi? Kok, ga jelas gini?
Saya akan bercerita berpenggal-penggal cerita yang tak penuh dan kalimat2nya udah diubah redaksinya untuk akhirnya kita kaji bersama tentang cinta lawan jenis.
CERITA POPULER SATU (Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra)
“Sebenarnya dulu… sebelum aku menikah denganmu, aku telah menyukai seorang pria,” aku seorang istri kepada suaminya.
Terang saja suaminya agak marah karena cemburu, tapi sambil memendam emosinya dia merespon, “Kalau begitu, alangkah tidak beruntungnya kamu menikah denganku, bukan dengannya…
” Sambil tersenyum karena senang melihat gelagat suaminya itu sang istri menjawab, “Bagaimana mungkin aku tidak beruntung? Kamulah orang itu, Suamiku…”
CERITA POPULER DUA (kisah Umar bin Khatthab)
Suatu saat aku akan mengadu kepada khalifah Umar tentang perilaku istriku yang sering marah2 kepadaku, maka aku pun datang ke rumahnya. Ternyata di sana aku mendengar sang khalifah sedang dimarahi istrinya dengan suara keras melebihi suara istriku kepadaku saat marah. Aku pun bertanya, “Mengapa engkau diam saja ketika istrimu berbuat seperti itu kepadamu?” tanyaku.
Dia pun menjawab, “Istriku adalah selimutku, dia adalah ibu bagi anak-anakku, dan dia pengurus rumah tanggaku, mengapa aku harus marah kepadanya? Karena itu, kubiarkan dia memarahiku…”
CERITA POPULER TIGA (kisah Zainab Al-Ghazaly dalam perjuangan wanita IM)
Sungguh saat aku masih di penjara buruk itu aku telah merelakan suamiku untuk menikah lagi bahkan jika dia ingin menceraikanku. Aku telah membuatnya susah dan menderita. Hartanya telah banyak disita karena dituduh ikut mendanai ikhwanul muslimin. Padahal dia bukan salah satu anggotanya pun.
Aku mendengar kabar bahwa dia telah diminta untuk menceraikanku, tapi dia tetap mempertahankanku sampai akhirnya kudengar kabar kematiannya saat aku masih di dalam bui. Semalaman aku menangis karena baktiku kepadanya terhalang selama hampir setahun lebih kami dipisahkan. Seakan aku mendengar kalimatnya, “Sungguh, aku takkan pernah menceraikannya…”
=======================================================================
CERITA-CERITA di atas adalah sepenggal kisah nyata yang akan kita kaji. Akhwat naksir ikhwan? Ikhwan naksir akhwat? Oh, ternyata tidak ada larangannya perasaan yang timbul dari ketidaksengajaan… maksudnya?? Yang namanya perasaan suka itu uncontrolled, Sobat! Kalau DIA sudah menganugerahkannya, ya syukurilah, “Alhamdulillah saya normal…” and then, STOP!
jangan bilang ma siapa2 dan jangan ngambil tindakan apa2 untuk menyuburkannya
mendekatlah kepadaNya, isi rongga itu hanya untuk sebuah nama: namaNya
Dari kisah Ali dan Fatimah memperlihatkan kalau rasa itu juga menimpa sahabat dan sahabiyah di zaman Rasulullah saw. Bahkan Rasulullah menolak setiap orang yang melamar puterinya sampai Ali datang. Apa kelebihan Ali dibanding sahabat yang lain? Para sahabat yang datang itu ga kalah shalih lho… sahabat yang lain bahkan kaya raya lho. Lalu? Ternyata Rasulullah saw tahu bahwa puterinya menyukai ikhwan itu
Nah, kalau emang udah siap mengambil amanah, ingatlah bahwa dalam perjalanannya akan banyak terjalannya. Meskipun cerai tidak diharamkan, tapi ternyata Allah tidak menyukai jalan itu. Maka, bersabarlah seperti Umar dan banyaklah saling pengertian…
Kalau sebuah pernikahan hanya dilandasi cinta, yakin deh, saat cinta itu luntur dan ternyata ada cinta lain yang datang, maka cinta yang luntur itu akan hancur. Berharaplah ridhaNya, berkomitmen, dan bangun sebuah cinta yang karena Allah… dimana salah satunya saling memeberikan satu demi satu tangga sampai panjatan keduanya mencapai jannah yang tertinggi dan memperoleh singgasana cahaya.
Saat cinta itu bahkan diuji di jalan da’wah, maka cinta takkan lekang oleh waktu dan jarak. Terbawa hingga jannahNya. Mahar yang luar biasa!! Seperti yang dilakukan sang suami kepada Zainab Al-Ghazaly. Dia yakin bahwa jalan istrinya adalah benar. Dia tak ingin melepasnya meskipun tuntutan mengizinkan (agak dipaksa untuk menandatangani surat cerai). Dia ingin ikatan itulah yang membuatnya ikut bersama sang istri ke jannahNya. Subhanallah…
Bagi antum (antum itu jamak ikhwan akhwat meskipun tanpa antunna, ya) yang sedang melakukan hubungan tak jelas, apa antum tidak mau mendapatkan seorang “dia” yang luar biasa dan istimewa di sisiNya?? apa antum ingin da’wah ikut ternoda bersamanya?? apa antum tidak kasihan kepada orang yang akan Dia takdirkan untuk antum?? Ya, sekarang terserah antum! Jangan salahkan kami jika suatu hari nanti (entah di dunia maupun di akhirat), antum berargumen “tidak ada yang mengingatkan saya…”

Tidak ada komentar: