Senin, 23 Juni 2008

Infasi Amerika ke Irak - Courtesy of Anto Pasgati

Dulu rata rata kita menduga kalau alasan Amerika berperang ke Iraq ini karena:
01. Amerika ingin menghancurkan Islam;02. Amerika ingin melibas terorisme;03. Amerika itu memang bandit04. Bush mau dendam secara pribadi kepada Saddam yang dulu gagal dihancurkan Bapaknya Bush Senior.05. Ini ulahnya Yahudi [intelektual kriminal Perle & Wolfowitz ] yang saat itu jadi penasehat utamanya Bush.06. Ini perang buat menguasai minyaknya Iraq ...07. Dan variasi variasi lainnya.Kini terbukti semua pandangan itu tidak 100% salah tapi juga "salah" karena itu semuanya cuma masalah kecilnya saja. Semua dugaan kita Itu semuanya tidak menjelaskan alasan utamanya perang Iraq ini dari sudut pandang si Amerika sendiri.Karena, tujuan paling utama dari perang Iraq ini adalah:Menyelamatkan dollar dari Euro.Di mata Amerika yang dulu menghadiahkan rezim Suharto ke Indonesia, dosa Iraq yang terbesar adalah ketika Iraq [Saddam] tahun 2000 lalu minta ke PBB supaya semua minyaknya dibayar menggunakan euro; plus semua uang milik Irak [$10 bilyun] dikonversikan ke euro dari dollar.Dulu semua orang bilang kalau itu ide Saddam ini tindakan bodoh karena euro waktu itu masih 90% dari nilai dollar dan euro pun dari sejak dikeluarkan [Januari 1999] terus menerus terdepresiasi lawan dollar yang waktu itu demand (permintaan) nya memang kuat sekali karena penipuan akuntasi besar besaran sedang terjadi di bursa efeknya -- dan investor asing juga perlu dollar untuk main di bursanya.Tapi, sekarang ini euro ternyata sudah terapresiasi sebesar hampir100% dari harga sebelumnya ! Berarti apa, langkah "gilanya" Saddam tahun 2000 dulu itu ternyata sangat menguntungkan dan bahkan jenius !Langkah ini pula yang sekarang sedang dikaji oleh Iran yang cuma mau menerima transaksi minyak dengan euro dan menolak dollar. Dan di dunia ini, kartel perdagangan yang terkuat ya cuma minyak saja. Kartel mobil, atau komputer, atau produk produk lain praktis tidak eksis. Minyak -- siapapun harus beli minyak.Terus perhatikan lagi, anggota OPEC itu rata rata isinya adalah musuh-musuh Amerika yang nyata nyata memang benci kepada Amerika, karena rata rata negara Islam, yang bukan Islam pun seperti Venezuela yang dipimpin sama presiden Chavez malah lebih parah lagi anti Amerikanya.Kalau saja semua anggota kartel minyak ini memang mau "jahat" dan main "evil" terhadap Amerika, maka caranya gampang sekali: mereka cukup bilang, kita sekarang cuman mau transaksi pake euro dan selesailah dollarnya Amerika! Bangkrut serta kiamat jugalah si kapitalis Amerika ini !Kita yang tidak punya background ekonomi mungkin bingung. Koq bisa bangkrut ?Orang yang bisa hitung hitungan ekonomi bisa menjelaskan begini, Kalau kita punya uang tunai $1, di tangan, maka secara ekonomi itu artinya adalah Anda memberi hutang ke Bank Federalnya Amerika dan Bank Federalnya Amerika itu "berjanji" akan membayar hutangnya sebesar $1 itu ! .Sekarang, karena kita tinggal di Indonesia yang rupiahnya sangat parah itu; maka jelas secara rasional kita berusaha terus memegang $1 ditangan itu dari pada ditukar ke rupiah. bukan begitu !Jadi, secara ekonomi itu artinya Bank Federal Amerika tidak perlu menebus hutangnya karena hutangnya yang $1 itu tidak kita minta untuk dibayar. Artinya: Amerika itu bisa berhutang tanpa perlu bayar sama sekali --[sepanjang ekonominya memang masih kuat !] sepanjang greenback atau dollar itu masih jadi standard pengganti emasDengan alasan inilah makanya Amerika itu berani main deficit gila gilaan selama ini karena toh mereka MEMANG tidak perlu membayar defisitnya sebab orang sedunialah yang harus membayar defisitnya Amerika itu !Supaya jelas mari kita lihat rupiah; kalau budget RI itu defisit maka negara Republik Indonesia ini harus nombok dengan cara menjual barang [eksport] atau mencari utangan [CGI].Jadi, defisitnya negara seperti Indonesia yang gemah ripah loh jinawi ini betul-betul adalah "defisit" yang harus dibayar, yang kalau tidak bisa bayar ya seperti yang kita alami pada tahun 1997 yang sampai sekarang juga belum pulih yaitu KRISMON !Tapi Amerika lain! Defisit buat Amerika berarti justru malah positif karena defisit Amerika itu cara bayarnya adalah dengan cara memotong nilai $1 yang kita pegang itu secara intristik. Berarti . . kalau Amerika defisit maka yang rugi adalah kita orang non-Amerika yang pegang dollar !Cara kerja sistem ekonomi kapitalis yang imperialistik ini berlaku sepanjang orang seperti kita dan negara Republik Indonesia itu masih "percaya" dengan dollar dan menyimpan cadangan devisanya dalam bentuk dollar !Eropa tahu persis tentang strategi makan gratis dan utang tidak perlu bayar ini. Karena itulah Eropa sekarang punya euro. Tujuannya Euro sebetulnya ya cuma satu itu: ikut menikmati utang gratisan dari orang orang seperti kita tadi.Dan saudara saudara sekalian yang paling mengerikan buat amerika yang diambang kiamat itu apa ? itu adalah kenyataan bahwa 80% US $ itu ada diluar negeri ya ditangan negara negara seperti Indonesia ini, Cina, Jepang , India dan negara negara asia lainnya .Apa arti situasi begini bagi AMERIKA ? ya seperti saya tadi bilang..., KALAU mendadak saja semua negara penghasil minyak bilang " sekarang kita transaksi cuman pake euro" ! Dan ini mungkin sekali terjadi karena semua negara perlu beli minyak ! Sehingga tekanan dari negara penghasil minyak itu bakal membuat negara-negara seperti Cina atau Jepang menjual dollarnya dan beli euro.Semuanya HEGEMONI Amerika dalam sekejap akan berantakan dan ini artinya apa ?...KIAMATSebab kalau ini terjadi ini artinya sama saja dengan semua negara negara pemegang US $ itu bilang....Amerika sekarang kamu harus bayar utang !Dan tentu saja: kalau dalam sekejap Amerika pun harus membayar hutangnya dan mendongkrak Euro tadi, dalam sekejap pula ekonomi Amerika bangkrut berantakan persis seperti waktu bank dalam negeri di rush nasabahnya jaman krismon dulu.Dan lebih mengerikan lagi, ekonomi Amerika pun bisa dalam sedetik bakal inflasi ribuan persen [karena semua orang menjual dollar dan membeli euro], perusahaan Amerika menjadi tidak ada harganya [persis seperti krismon di Indonesia tahun 1998 dulu] dan ajaibnya lagi –orang Amerika pun tiba tiba jadi persis sama dengan orang orang miskin dari Afrika sana karena mendadak saja semua kekayaan mereka itu cuma kertas tidak ada harganya.dan lebih sial lagi..., dengan bangkrutnya dollar praktis cuma Amerika bakal bangkrut sendirian, negara negara lain tidak ikut bangkrut karena ada Euro yang bisa menjadi penyelamatnya !Bila anda menentang invasi AS ke iraq , dan anda belum bisa ikut terjun perang membela rakyat Iraq , atau anda belum punya cukup donasi untuk membantu rakyat iraq , cukup anda segera lepas simpanan US $ anda atau ditukar dng Euro, atau anda sebarkan email ini seluas luasnya !!

Minggu, 22 Juni 2008

Psikologi Islam

Pewarisan karakter

Berbicara tentang karakter keluarga, sejujurnya adalah berbicara tentang identitas. Dalam garis panjang keturunan, selalu ada sisi-sisi dimana seorang mengenang, mencintai, meneruskan, dan bahkan merasa punya tanggung jawab untuk menjaga garis itu. Tapi ini bukan sebuah garis darah, tapi garis kepribadian, jati diri, dan perilaku utama yang diusung.
Dalam praktiknya, ada bermacam garis-garis karakter yang diusung, diwariskan, atau dipertahankan oleh sebuah keluarga. Beberapa contoh yang dipaparkan berikut ini lebih merupakan bagaimana memahami konteks dan fungsi karakter keluarga bagi kehidupan. Tentu, masih banyak model-model lain dari sebuah karakter dan garis keturunan yang bertebaran sepanjang sejarah.
Karakter Keluarga dan Pencarian Akar
"Indentitas tidak bisa disekat-sekat. Anda tidak bisa membelahnya dari separuh, sepertiga, atau seberapa pun segmen terpisah. Aku tidak punya beberapa identitas: aku hanya punya satu, yang terdiri dari banyak komponen dalam sebuah paduan yang unik bagiku, sama halnya identitas orang lain, unik bagi mereka sebagai individu."
Ungkapan di atas ditulis oleh Amin Maalouf, seorang novelis dari Lebanon yang tinggal di Perancis, dalam bukunya In the Name of Identity yang kontroversial itu, untuk menjawab pertanyaan orang apakah dia separuh Perancis separuh Lebanon?
Amin Maalouf sepertinya ingin menjelaskan bahwa indentitas itu tidak bisa dilihat hanya dari sudut tertentu, yang mungkin umum diketahui orang. Akan tetapi, ia merasa bahwa ada beberapa komponen lain yang tidak bisa dinafikan keberadaan dan pengaruhnya pada diri seseorang, yang mungkin akan menjadikan orang itu tampak unik dan berbeda dari orang lain. Yang menjadikannya punya karakter tersendiri yang dia warisi dari leluhurnya. Ia menegaskan, "Aku lahir di Lebanon dan tinggal di sana sampai 27 tahun; bahwa Arab adalah bahasa ibuku; bahwa dalam terjemahan bahasa Arablah aku pertama kali membaca Dumas dan Dickens serta Gulliver’s Travels; bahwa di desaku lah, desa para leluhur, aku mengalami nikmatnya masa kecil dan mendengarkan dongeng-dongeng yang nantinya mengilhami novel-novelku. Bagaimana mungkin aku melupakan semua itu? Bagaimana mungkin aku mengesampingkannya? Di sisi lain, aku sudah tinggal di tanah Perancis selama 22 tahun. Aku tenggak air dan anggurnya, tiap hari tanganku menjamah bebatuan kunonya, aku tulis buku-buku dalam bahasanya. Tak akan lagi Perancis menjadi negeri asing bagiku."
Pengalaman dan penuturan di atas mungkin menarik untuk coba kita simak. Bahwa akar, yang tak lain adalah keluarga besar, atau suku, atau bangsa dimana kita berasal adalah sesuatu yang tak bisa terpisahkan dan tak mungkin terlupakan begitu saja, meskipun kita tidak lagi berada dalam lingkungan mereka karena terpisah oleh satu wilayah atau negara yang cukup jauh, atau karena rentang waktu yang begitu panjang.
Bagaimanapun, kerinduan kepada mereka pasti tetap bersemi di hati kita. Kebanggaan sebagai bagian dari mereka pasti ada. Kenangan-kenangan manis pun kadang terlintas. Karena dari sanalah identitas kita terbangun. Karakter-karakter yang menjadi ciri khusus mereka pun tumbuh baik dalam jiwa kita. Ketika Rasulullah saw terusir dari Makkah dan hijrah ke Madinah, beliau tidak pernah kembali lagi ke sana hingga terjadinya Fathu Makkah. Suatu hari, setelah sekian tahun tinggal di Madinah, seorang sahabat tiba dari Makkah. Beliau pun bertanya, "Bagaimana keadaan Makkah ketika kamu tinggalkan?"
Sahabat itu menjawab dengan menceritakan kebun-kebun kurma hijau yang sedang tumbuh indah. Tiba-tiba beliau berkata, "Cukup! Cukup!" Beliau tak kuasa menahan tangis karena cerita itu seolah mengembalikan kenangan-kenangan manis beliau bersama keluarga di kota kelahirannya itu.
Karakter Keluarga, Apresiasi Kekhususan dan Kebahagiaan Batin Yang Tidak Tergantikan
Allah swt yang telah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa tidak hanya membedakan mereka dari bahasa dan warna kulitnya. Tetapi mereka diberikan juga sesuatu yang lain, yang mungkin sangat spesifik seperti karakter, bakat, atau sifat turunan yang membuatnya unik, dapat melakukan sesuatu yang berarti yang tidak dilakukan orang lain. Dan ini adalah bukti dari kemahakuasaan Allah yang lain.
Kita bisa membaca dari sebuah analisa sejarah, mengapa Islam diturunkan kepada bangsa Arab. Al Buthy dalam Fiqhus Sirahnya menjelaskan hal ini, bahwa bangsa Arab hidup dengan tenang, jauh dari bentuk keguncangan ajaran dan pemikiran. Karena mereka tidak diberikan kemewahan dan peradaban seperti Persia, yang memungkinkan mereka kreatif dan pandai menciptakan kemerosotan-kemerosotan, filsafat keserbabolehan dan kebejatan moral yang dikemas dalam bentuk agama. Mereka juga tidak diberikan kekuatan militer seperti Romawi, yang mendorong melakukan ekspansi ke negeri tetangga. Mereka tidak memiliki kemegahan filosofi dan dialektika seperti Yunani, yang menjerat menjadi bangsa mitos dan khurafat.
Yang mereka miliki adalah karakter-karakter positif alami, seperti bahan baku alami berkualitas sangat baik, yang belum diolah dengan bahan lain; masih menampakkan fitrah kemanusiaan dan kecenderungan yang sehat dan kuat, serta cenderung kepada kemanusiaan yang mulia, seperti setia, penolong, dermawan, rasa harga diri dan keterhormatan.
Jika mereka hidup dalam kegelapan dan kebodohan, itu karena mereka tidak memiliki pengetahuan yang dapat membimbing ke jalan yang benar. Tetapi dengan datangnya Islam, karakter-karakter positif yang mereka miliki seperti menemukan kerannya. Dalam waktu yang tidak lama, bangsa Arab tiba-tiba menjelma menjadi kekuatan besar yang siap menaklukkan dunia. Di sini Islam berkembang mudah karena tidak perlu menghabiskan waktu untuk melawan kehebatan filsafat dan mitos, atau meruntuhkan sebuah kekuatan militer. Islam "hanya" perlu menyesuaikan ajaran-ajaran yang dibawanya dengan fitrah kemanusiaan bangsa Arab
Karakter-karakter positif di atas adalah milik bangsa Arab secara umum. Namun dalam lingkup yang lebih kecil, di dalam suku atau keluarga-keluarga tertentu, mereka masih menyimpan karakter-karakter lain yang lebih unik. Dan Rasulullah mengapresiasi potensi-potensi itu dengan memberikan tugas-tugas kebaikan yang lebih khusus sesuai karakter mereka. Hal ini bisa kita temukan dalam sebuah riwayat dari Abu Mahdzurah. Ia berkata, "Rasulullah saw telah memberikan kewenangan adzan kepada kami dan keturunan-keturunan kami; memberi minum para jamaah haji kepada anak keturunan Hasyim; dan penjaga pintu Ka’bah kepada anak keturunan Abdid Daar." (HR. Ahmad)
Jika kita cermati hadits ini, apa yang dilakukan Rasulullah saw itu tentu bukan karena beliau sekadar ingin membagi kebaikan semata, tetapi mungkin karena beliau melihat ada karakter berbeda yang dimiliki masing-masing keluarga. Maka beliau pun memberikan tugas sesuai dengan karakter yang mereka miliki.
Abu Mahdzurah yang berasal dari keluarga Al Jamahi mungkin memiliki karakter suara yang indah sehingga kewenangan adzan di Masjidil Haram diberikan kepada mereka. Keturunan Hasyim mungkin memiliki kedermawanan yang luar biasa sehingga diberikan kewenangan memberi minum kepada jamaah haji. Dan keluarga Abdid Daar diberikan hak menjaga dan memelihara Ka’bah karena mungkin mereka memiliki fisik yang kuat, amanah dan kesetiaan yang istimewa.
Tugas-tugas kebaikan yang mereka dapatkan selain sebagai apresiasi atas kekhususan mereka, juga memberikan kebahagiaan batin tak tergantikan. Kebaikan itu terus mereka wariskan kepada anak-anak mereka, sebagai sebuah kebanggaan dan kepuasan hati, serta keberartian diri kepada orang banyak. Satu bukti yang masih tersisa hingga detik ini, di lingkungan Masjid Nabawi sebuah keluarga mewarisi adzan dari waktu yang sudah cukup lama. Meskipun di antara keluarga ini bergelar doktor dan berprofesi sebagai dosen, namun begitu masuk waktu shalat tak ada rasa segan di hati untuk melantunkan adzan.
Ada lagi keluarga di sekitar Masjid Nabawi, yang setiap tahun setia menyediakan beraneka penganan untuk berbuka bagi orang-orang yang berpuasa di sepanjang Ramadhan. Bahkan biasanya berlanjut pada puasa enam hari di bulan Syawal. Penganan-penganan itu, jika dinilai secara harga.barangkali cukup mahal, padahal mereka bukanlah dari keluarga-keluarga kaya. Ketika ditanya bagaimana melakukan itu, mereka mengatakan, kami harus menabung; menyisihkan rejeki selama sebelas bulan. Lalu uang yang terkumpul, semua khusus dibelanjakan untuk memberikan ifthar kepada orang-orang yang berpuasa.
Subhanallah. Sebuah karakter kedermawanan luar biasa yang diwarisi secara turun temurun. Mereka melakukan itu tanpa beban, karena menemukan kepuasan batin tak tergantikan. Mungkin kisah-kisah tadi bisa kita jadikan sebuah inspirasi untuk coba mengenal karakter keluarga kita masing-masing. Bahwa keluarga kita juga memiliki karakter-karakter unik yang mungkin sekarang sudah mulai luntur. Dan tentu sangat baik jika kita berusaha menguatkannya kembali, sehingga orang-orang yang pernah merasakannya, mengingatkan mereka pada keluarga-keluarga kita terdahulu.
Karakter Keluarga dan Tokoh Utama yang Siap Berkorban
Karakter khusus yang sudah menjadi ciri atau identitas sebuah keluarga, tidak cukup hanya dirasakan atau dibanggakan sebagai "warisan" berharga. Potensi itu perlu dibangun, diasah, dan dikembangkan supaya tidak beku dan hilang sia-sia. Diperlukan sebuah martir untuk mendorong kekuatan itu agar dapat maksimal dan melahirkan manfaat yang besar. Peran itu bisa dilakukan oleh siapa saja dalam keluarga, tetapi tentu dibutuhkan seorang yang lebih mengerti dan konsisten dalam melakukannya.
Dalam banyak kisah sejarah, orang tua adalah kekuatan martir yang paling dahsyat, terutama seorang ibu. Menurut seorang pengamat SDM, perilaku menunda-nunda pekerjaan berkaitan erat dengan kebiasaan seseorang. Perilaku ini berhubungan dengan kebiasaan diri sewaktu masih dalam pengasuhan orang tua. "Mereka yang dibiasakan manja, serba mudah, dibesarkan tanpa tantangan hidup dan tak ada pendisiplinan, terutama terkait penyelesaian kewajiban akan terbawa menjadi kebiasaan."
Meskipun seorang anak lahir dari keluarga yang punya karakter kuat dan berdisiplin, namun ketika potensi itu tidak dibina dengan baik, maka yang akan tumbuh adalah seorang laki-laki lemah jiwa dan manja, bukan laki-laki kuat dan pemberani. Karena itulah barangkali ketika satu hari beberapa perempuan mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, "Ya Rasulullah. Kaum lelaki kembali dengan membawa pahala perjuangan di jalan Allah; sedang kami tidak mempunyai cara untuk dapat seperti mereka?" Beliau menjawab, "Jangan takut, tenanglah kalian! Mengurus rumah tangga kalian dengan sungguh-sungguh dapat mengejar pahala syahid di jalan Allah seperti mereka."
Seorang sahabiyah bernama Al Khansa melakukannya. Dengan kesabaran dan ketakwaannya yang mantap, dia mendidik anak-anaknya dengan baik. Pada saat terjadi perang Qadisyiah, dia datang bersama keempat anaknya untuk ikut bergabung bersama kaum muslimin. Mereka dibekali dorongan dan semangat dengan kata-kata yang menyala-nyala, "Wahai putra-putraku! Kalian masuk Islam dengan penuh kesadaran. Kalian berhijrah dengan penuh kerelaan. Demi Allah, tiada Tuhan selain Dia. Kalian adalah empat bersaudara dari satu ayah dan satu ibu. Aku tidak akan mencampuri kehormatan kalian, tetapi kalian telah mengetahui, apa yang dijanjikan bagi kaum Muslimin yang memerangi kaum kafir. Sadarilah! Kehidupan akherat lebih kekal dan lebih baik dari kehidupan dunia yang sementara ini. Bulatkan tekad dan kesabaran kalian. Bertakwalah kalian selalu agar apa yang kalian inginkan berhasil. Wahai putra-putraku! Jika kalian lihat api peperangan telah berkecamuk dan menjadi dahsyat, masuklah dengan semangat yang menyala-nyala. Di sanalah kalian akan menemukan kemuliaan dan kehormatan di alam abadi dan kekal."
Berbekal semangat yang dipompakan ibunya itu, keempat anak Al Khansa pun berangkat ke medan perang dengan iman dan keberanian. Tujuan mereka satu; mencari syahadah, dan itu pun diperolehnya. Mereka gugur dalam pertempuran. Sementara umat Islam memperoleh kemenangan, Al Khansa menerima kabar gugurnya keempat putranya. Tapi ia bersabar, bahkan kebanggaan tumbuh dihatinya melihat putra-putranya menjadi syuhada dalam pertempuran besar itu. Dia berkata, "Alhamdulillah! Allah telah mengutamakan dan memberikan karunia padaku dengan kematian anak-anakku sebagai syuhada. Aku mengharap semoga Allah mengumpulkan aku dengan mereka di dalam rahmat-Nya kelak."
Al Khansa adalah ibu yang berhasil mewariskan karakter pejuang kepada putra-putranya sehingga menjadi mujahid yang tangguh, rela mengorbankan miliknya yang paling berharga untuk kejayaan dan ketinggian Islam.
Masih banyak contoh lain para ibu yang berhasil menghantarkan putranya menjadi ilmuwan bahkan mujtahid. Diantaranya, Ibu Imam Abu Hanifah, Ibu Imam Syafi’i, Ibu Imam Ahmad bin Hambal dan Ibu Imam Bukhari. Keempat imam ini ditinggal wafat ayahnya sejak kecil. Ibunyalah yang memelihara dan mendampingi mereka hingga besar. Mereka memiliki daya hafal yang tinggi sejak kecil. Di usia mudanya, mereka sudah menguasai bahasa Arab dan seluk beluknya, hafal ayat-ayat Al Qur’an dan hadits-hadits Nabi, serta sangat gemar menuntut ilmu. Memang untuk menguasai banyak ilmu mereka belajar dari banyak guru. Belajar bahasa Arab ke beberapa orang guru, fikih ke beberapa orang guru, dan hadits Nabi ke beberapa orang guru. Tapi, ibu-ibu merekalah yang telah manjadi martir pelecut semangat, sehingga anak-anak mereka gemar menuntut ilmu dan tidak kenal lelah.
Karakter Keluarga; Tradisi Keilmuan dan Kesinambungan Spiritual
Di Mauritania, negara Islam yang terletak di pantai Atlantik di Afrika Barat ini, terdapat satu suku kecil bernama Syinqithy. Suku ini memiliki tradisi unik dan luar biasa yang tetap bertahan hingga kini, yaitu mereka membiasakan anak-anak kecil menghafalkan Al Qur’an, hadits, syair-syair, dan ilmu-ilmu agama. Tradisi ini menjadikan mereka terkenal sebagai penghafal yang tak tertandingi. Kemampuan mereka tidak hanya sanggup menghafalkan Al Qur’an secara utuh dan sempurna, namun kitab-kitab lain yang lebih tebal dan rumit bahasanya sekalipun juga mereka hafalkan. Sebagai contoh, karena mereka bermadzhab Maliki maka Al Muwaththa’, kitab hadits yang ditulis oleh Imam Malik yang menghimpun 1844 hadits, menjadi kitab kedua yang mesti dihafalkan setelah Al Qur’an.
Begitu besarnya perhatian mereka terhadap budaya menghafal ini, sehingga seseorang akan merasa tersisih dari lingkungannya jika tidak melakukannya. kannya. Misalnya, seorang anak laki-laki yang berusia 12 tahun tetapi belum hafal Al-Qur’an, ia akan dilarang keluar rumah karena menjadi aib bagi keluarga, dan anak itu dengan sendirinya akan malu bergaul bersama teman-teman sebayanya.
Tradisi menghafal ini tidak hanya ada di kampung halaman mereka di Afrika sana, tetapi di manapun berada hal itu tetap mereka lakukan. Orang-orang Syinqithy yang ada di Madinah, misalnya, meskipun suasana alam dan lingkungannya berbeda dengan kampung halamannya, namun mereka tetap mempertahankan tradisi itu.
Di salah satu sudut Masjid Nabawi mereka punya tempat tersendiri untuk berkumpul. Di tempat itu, ketika pagi hari mereka duduk mendengarkan hafalan anak-anaknya, baik hafalan Al Qur’an, hadits, ataupun bait-bait syi’ir. Setelah anak-anak selesai, mereka kemudian berkumpul dan terkadang berada di tempat itu hingga larut malam. Apa yang mereka perbincangkan? Seorang mahasiswa Indonesia yang penasaran coba urun dengar obrolan mereka. Dan ternyata, mereka bertukar syi’ir. Tentu bukan sembarang syi’ir, tetapi syi’ir yang berkaitan dengan ilmu, seperti matan aqidah, ushul fiqh, nahwu, dan sebagainya dari kitab-kitab klasik. Terkadang mereka saling menasehati dengan lantunan ayat-ayat Al Qur’an dan hadits. Seorang membacakan, sementara yang lain menyimaknya dengan penghayatan sambil mengucurkan air mata. Sungguh tradisi luar biasa yang diwarisi dari orang-orang tua mereka, dan masih tetap mereka pertahankan hingga sekarang.
Begitulah tradisi mereka menyimpan ilmu. Otak yang Allah berikan, mereka jadikan laiknya komputer penyimpan data. Kapan pun mereka membutuhkan ilmu itu, secepat kilat mereka dapatkan. Ilmu mereka luas, spritual mereka terjaga.
Akhirnya, di tengah budaya hidup yang tak ramah, di tengah fanatisme suku dan darah biru yang palsu, di tengah kondisi rumah tangga dan keluarga yang tak punya identitas, kita semestinya menyadari siapa diri kita. Dalam makna yang lebih mendalam: seperti apa karakter keluarga besar kita? Atau: karakter seperti apa yang ingin dibangun di tengah keluarga kita kelak?
Jawabannya, mungkin akan sangat tergantung pada paradigma yang tertanam dibenak kita. Setidaknya kita meyakini bahwa paradigma yang dibesarkan dibawah naungan hidayah-Nya, akan merangsang tumbuhnya karakter kebaikan. Karena, seperti sabda Nabi, jika Allah menghendaki kebaikan pada diri seseorang, pasti Allah akan memulainya dengan membuatnya paham akan agama Allah. Wallahu'aklam

Catatan Perjalanan Bersama Seorang Mujahid

Seorang ulama dari ardhun mubarak, Palestina, pernah datang mengunjungi Indonesia. Tak banyak publikasi tentang kedatangannya. Dia, salah satu anggota Brigade Izzuddin Al Qassam. Sayap militer Hamas yang menggentarkan Zionis Israel. Bagiku, dia termasuk tokoh ulama yang mempunyai karakter khas yang jarang didapatkan di sejumlah tokoh Islam dari negara manapun. Seorang hafidzul qur`an yang lebih dari 15 tahun mengkhatamkan Al Qur`an minimal dalam satu bulan tiga kali. Seorang abid yang hampir setiap sepertiga malam terakhirnya, bangun lalu membaca al Qur`an di dalam shalat-shalat malamnya. Setidaknya, rata-rata, ia menghabiskan 25 sampai 30 menit setiap dua rakaat shalat malamnya. Dengan ayat-ayat Al Qur`an yang dihafalnya, ia membaca minimal 6 halaman dalam satu rakaat. Seorang syaikh ruhaniyat yang telah banyak menjalani kedisiplinan untuk memanfaatkan waktu. Ia yang kerap meminta diperiksa hafalan Al Qur`annya dalam hampir setiap perjalanan panjangnya selama di Indonesia, kepada orang-orang yang menemaninya. Dalam perjalanan dua hari bersamanya mengatakan, ia telah menyetorkan hafalan sebanyak 10 juz Al Qur`an dalam 2 hari. Itu dilakukan di sela-sela perjalanan, di mobil, bis, hingga pesawat dan penginapan. Ia yang sejak sekitar pukul 2.30 pagi, sudah terdengar sayup-sayup bacaan Al Qur`annya dari kamar penginapannya. Meski pada malam harinya ia harus menyampaikan muhadharah hingga pukul 11 malam.
Ia memang orang yang layak untuk menyampaikan pertanyaan yang menghentak hati. “Berapa penggalan waktu yang biasa Anda gunakan untuk membaca koran, melihat berita di TV, membincangkan masalah politik, liqaa-aat tarbawiyah (pertemuan kader)? Bandingkan dengan berapa penggalan waktu yang biasa Anda gunakan untuk membaca Al Qur`an dan qiyamul lail?” tanyanya perlahan. Tak ada jamaah yang menjawab pada saat itu. Semua hanya terkejut, berpikir dan merenung. Ia lalu melanjutkan, “Kalau Anda mendapati adanya ketidakseimbangan dalam pengaturan waktu dan aktifitas tersebut, ketahuilah bahwa itu merupakan pintu-pintu kegagalan kita di semua bidang. Bukan hanya dalam dakwah, tapi dalam politik, ekonomi, dan seluruh kehidupan kita.”
Pertanyaan dan penegasan itu, datang dari orang yang memang sudah menjalankan apa yang ia sampaikan selama bertahun-tahun. Membaca Al Qur`an dan menghidupkan malam, baginya merupakan indikator paling penting untuk keberhasilan perjuangan di medan apapun. Terlebih di medan dakwah. Karena keberhasilan, kemenangan, pertolongan dari Allah, selalu datang kepada orang-orang yang memiliki kedekatan dengan Allah swt. Kepada orang-orang yang telah menjadi pilihan (ishtifaa) dari Allah swt karena keakraban dan keintimannya kepada Allah swt. Karena Al Qur`an dan menghidupkan malam, benar-benar menjadi karakter khusus Rasulullah dan generasi pertama yang dibinanya, hingga dakwah benar-benar tegak di berbagai belahan dunia.
Karena generasi awal Islam, terbina untuk senantiasa menghidupkan malam-malamnya dengan shalat. Karena surat Al Muzammil, yang termasuk kelompok surat pertama diturunkan, menegaskan, “Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu), dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan tabattul (serius, tekun hanya untuk ibadah).” (QS. Al Muzzammil : 5-8). Karena Rasulullah saw pernah berpesan sangat tegas dan jelas, dalam sebuah hadits qudsi, “Barangsiapa yang disibukkan oleh Al Qur`an, maka Aku akan memberikan kepadanya lebih dari pada sesuatu yang diberikan kepada orang yang telah meminta.”
Mungkin saja. Dalil-dalil itu sudah sering kita baca dan dengar. Mungkin saja. Ayat dan hadits itu sudah pernah kita cermati dan kaji isinya. Tapi hingga kini, kita memang sangat sulit mendapatkan sosok orang yang bisa menjadi figur untuk diteladani dalam masalah itu. Atau, mungkin, kita tidak tahu karena kehidupan malam setiap orang dan para tokoh itu, umumnya tidak diketahui oleh orang banyak sehingga kita juga tidak mengetahuinya. Atau, mungkin juga, memang tak jarang orang yang bisa menerapkan kehidupan malam dalam beribadah, seperti yang ada dalam ayat dan hadits itu karena merasa isinya hanya layak diberikan kepada Rasulullah saw, bukan kita yang orang biasa-biasa saja.
Terasa sekali, kita membutuhkan figur hidup yang bisa kita saksikan langsung kehidupannya. Kita memang tidak jarang bertemu dan mendengarkan taujih dan nasihat dari para guru-guru kita. Tapi kita hampir tidak pernah mengetahui bagaimana mereka menjalani kehidupannya sehari-hari, atau lebih detail lagi, bagiamana kehidupan mereka di malam hari. Kita hanya sempat bertemu dan berdialog hanya pada saat para guru itu menyampaikan pelajaran dan nasihatnya secara lisan kepada kita. Tapi kita tidak mendapatkan sisi-sisi lain kehidupannya secara langsung. Kita sangat memerlukan sosok yang bisa langsung diraba sisi-sisi keistimewaannya dalam menjalani hari demi hari, dalam menyikapi berbagai problematika, dalam mengelola keluarga, dalam bekerja dan berbisnis dan sebagainya. Tidak hanya bertemu dalam ruang pemberian materi, tidak hanya mendengar ucapan-ucapan nasihat dan taujihnya, tidak hanya menerima kalimat-kalimatnya yang mungkin indah. Kita memerlukan praktiknya yang bisa kita rasakan langsung untuk menjadi figur. Tentu saja, tidak layak juga bila kita mengharapkan hadirnya sosok yang paripurna dalam berbagai kehidupan. Karena setiap orang pastilah saja ada kekurangannya. Tapi, kita memang sangat membutuhkan contoh, figur, tauladan langsung yang baik untuk ditiru.
Ulama dari Baitul Maqdis itu telah memberi inspirasi yang sangat terang untuk kita. Bahwa perjuangan benar-benar tidak selalu terpaku pada aspek angka dan analisa matematis. Bahwa jalan panjang dakwah, tidak boleh lebih terseret pada sisi kemanusiaan materil (Maaddiyyah), ketimbang sisi ke-Tuhanan (Rabbaniyah). Bahwa sebagai pelaku inti perjuangan dakwah, kita harus memiliki karakter qiyadah (kepemimpinan) yang khusus. Yang tidak sama dengan umumnya kaum Muslimin. Qiyadah yang diperlukan oleh ummat adalah qiyadah rabbaniyah. Kepemimpinan yang benar-benar jatuh karena pilihan Allah swt, sebagai buah kedekatan dan keintiman hubungan seseorang kepada Allah swt.
Tokoh yang menjalani hidup di tanah jihad itu menyampaikan kepada kita, tidak perlu menanti siapa orang yang bisa memiliki tingkat hubungan sedemikian dekat dengan Allah melalui Al Qur`an dan shalat malamnya. Karena jawaban itu layaknya dikembalikan kepada kita sendiri. Karena kita semuanya adalah qiyadah. Qiyadatul ummah (guru umat manusia). Karena kita adalah penyeru dakwah. “Qiyamul lail, qiyamul lail, qiyamul lail…” seperti itu yang ia sampaikan kepada kita, para pengusung dakwah yang kini harus memasuki fase yang lebih berat ketimbang sebelumnya.

Ikhwah sekalian,
Mari renungi lagi pertanyaan syaikhul jihad dari Palestina itu. Berapa penggalan waktu yang biasa kita gunakan untuk membaca koran, melihat berita di TV, membincangkan masalah politik, liqaa-aat tarbawiyah (pertemuan kader)? Bandingkan dengan berapa penggalan waktu yang biasa kita gunakan untuk membaca Al Qur`an dan qiyamul lail?
Mengapa kita hanya lebih banyak menantikan hadirnya qiyadah Rabbani (pemimpin Rabbani)? Tapi tidak berusaha mewujudkan harapan itu pada diri kita sendiri?

Sabtu, 21 Juni 2008

SEBAIT RINDU UNTUK PALESTINA



Kepak sayap burung bangkai menari-nari
Menatap seonggok bangkai yang tertinggal
Menatap kebengisan pelaku terlaknat
Menyaksikan tumpahnya darah kebebasan dan kesyahidan

Tusuklah dada ini, maka kau akan melihat darah
Tembaklah tubuh ini maka kau akan melihat darah
Cabutlah nyawa ini, maka kau akan melihat jiwa ku terbang
Yang kau lakukan hanyalah memenuhi mimpiku
Kembali pada-Nya sebagai syuhada

Tapi aku masih di sini
Duduk nyaman bertelekan dunia
Menanti kematian dengan berfoya

Sungguh aku malu
Yang bisa ku lakukan hanyalah berdo’a
Tanpa sempat ku bersama mereka menjemput gelar tertinggi
Gelar yang hanya Allah berikan untuk orang yang berperang di jalan-Nya
Syuhada….

Ya Robb..
Saat ini, sampaikanlah salamku kepada mereka
Salam kemenangan dan kemerdekaan
Salam perjuangan atas nama Islam

Ya Robb…
Sampaikanlah jasad ini memenuhi panggilanmu
Sebelum datang malaikat-Mu menjemput
Sebelum hilang jiwa ini
Tapi belum sempat berjuang bersama mereka

Oh Palestina….
Betapa ku merindu ingin bertemu
Saat berjumpa kesyahidan di tanahmu

Kamis, 19 Juni 2008

Propaganda Yahudi Mengenai Masjidil Aqsa

Kekeliruan antara Masjid Al-Aqsa dan Dome of The Rock

Melihat pada gambar di atas, tentunya ramai yang menyangka bahawa masjid di atas adalah Masjid Al-Aqsa. Jika diperhatikan denga teliti, kita akan dapat melihat sebuah lagi kubah berwarna hijau yang kelihatan agak samar-samar. Percayalah, kubah yang berwarna hijau itulah Masjid Al-Aqsa yang sebenarnya.

Masjidil Aqsa merupakan kiblat pertama bagi Umat Islam sebelum dipindahkan ke Kaabah dengan perintah Allah SWT. Kini ia berada di dalam kawasan jajahan Yahudi. Dalam keadaan yang demikian, pihak Yahudi telah mengambil kesempatan untuk mengelirukan Umat Islam dengan mengedarkan gambar Dome of The Rock sebagai Masjidil Aqsa. Tujuan mereka hanyalah satu, iaitu untuk meruntuhkan Masjidil Aqsa yang sebenarnya. Apabila Umat Islam sendiri sudah terkeliru dan sukar untuk membezakan Masjidil Aqsa yang sebenarnya. Maka semakin mudahlah tugas mereka untuk melaksanakan perancangan tersebut.

Lihat pula gambar di bawah, berikut adalah gambar sebenar Masjidil Aqsa pada jarak yang lebih dekat. Betapa jauhnya perbezaan antara Dome of The Rock jika dibandingkan dengan Masjidil Aqsa. Hanya Jauhari juga yang mengenal Manikam

Agenda Israel menghapuskan Masjidil Aqsa

Berikut disertakan juga terjemahan daripada surat yang dikarang dan dikirimkan oleh Dr. Marwan kepada ketua pengarang "Al-Dastour" harian. Berhati-hatilah dengan perancangan zionist tentang Masjidil Aqsa. Jangan biarkan mereka berjaya dengan peracangan mereka.
Terjemahan surat Dr. Marwan:

Terdapat beberapa kekeliruan di antara Masjidil Aqsa dan The Dome of The Rock. Apabila sahaja disebut tentang Masjidil Aqsa di dalam media tempatan mahupun antarabangsa, gambar The Dome of The Rock pula yang dipaparkan. Sebab utama ia dilakukan adalah bagi mengabaikan orang ramai dimana ianya adalah perancangan Israel. Tinjauan ini diperolehi semasa saya tinggal di USA, dimana saya telah dimaklumkan bahawa Zionis di Amerika telah mencetak dan mengedarkan gambar tersebut dan menjualkannya kepada orang arab dan Muslim. Kadangkala dijual dengan harga yang murah bahkan kadangkan diberikan secara percuma supaya Muslim dapat mengedarkannya dimana-mana sahaja. Tak kira di rumah mahupun pejabat.

Ini meyakinkan saya bahwa Israel ingin menghapuskan gambaran Masjid Al-Aqsa dari ingatan umat Islam supaya mereka dapat memusnahkannya dan membina gereja mereka tanpa publikasi. Sekiranya terdapat pihak yang membangkang atau merungut, maka Israel akan menunjukkan gambar The Dome of The Rock yang masih utuh berdiri, dan menyatakan bahawa mereka tidak berbuat apa-apa. Rancangan yang sungguh bijak! Saya juga merasa amat terperanjat apabila bertanya kepada beberapa rakyat arab, Muslim, bahkan rakyat Palestin kerana mendapati mereka sendiri tidak dapat membezakan antara kedua bangunan tersebut. Ini benar-benar membuatkan saya kesal dan sedih karena hingga kini Israel telah sukses dalam perancangan mereka.
Dr. Marwan Saeed Saleh Abu Al-Rub Associate Professor,
Mathematics Zayed University Dubai

Lain-lain gambar berkaitan:
Klik pada gambar untuk saiz lebih besar
Klik pada gambar untuk saiz lebih besar
Klik pada gambar untuk saiz lebih besar

What are the 'Five Pillars' of Islam?

They are the framework of the Muslim life: faith, prayer, concern for the needy, self-purification, and the pilgrimage to Makkah for those who are able.

Faith

There is no god worthy of worship except God and Muhammad is His messenger. This declaration of faith is called the Shahada, a simple formula which all the faithful pronounce. In Arabic, the first part is la ilaha illa'Llah - 'there is no god except God'; ilaha (god) can refer to anything which we may be tempted to put in place of God--wealth, power, and the like. Then comes illa'Llah: 'except God', the source of all Creation. The second part of the Shahada is Muhammadun rasulu'Llah: 'Muhammad is the messenger of God.' A message of guidance has come through a man like ourselves.

Prayer

Salat is the name for the obligatory prayers which are performed five times a day, and are a direct link between the worshipper and God. There is no hierarchical authority in Islam, and no priests, so the prayers are led by a learned person who knows the Quran, chosen by the congregation. These five prayers contain verses from the Quran, and are said in Arabic, the language of the Revelation, but personal supplication can be offered in one's own language. Prayers are said at dawn, noon, mid-afternoon, sunset and nightfall, and thus determine the rhythm of the entire day. Although it is preferable to worship together in a mosque, a Muslim may pray almost anywhere, such as in fields, offices, factories and universities. Visitors to the Muslim world are struck by the centrality of prayers in daily life. A translation of the Call to Prayer is:

'God is most great. God is most great. God is most great. God is most great. I testify that there is no god except God. I testify that there is no god except God. I testify that Muhammad is the messenger of God. I testify that Muhammad is the messenger of God. Come to prayer! Come to prayer! Come to success (in this life and the Hereafter)! Come to success! God is most great. God is most great. There is no god except God.'

Once Muslims prayed towards Jerusalem, but during the Prophet's lifetime it was changed to Makkah. From the minbar, the pulpit, the Imam who leads the prayer gives the sermon at the Friday noon community prayers.

The 'Zakat'

One of the most important principles of Islam is that all things belong to God, and that wealth is therefore held by human beings in trust. The word zakat means both 'purification' and 'growth'. Our possessions are purified by setting aside a proportion for those in need, and, like the pruning of plants, this cutting back balances and encourages new growth. Each Muslim calculates his or her own zakat individually. For most purposes this involves the payment each year of two and a half percent of one's capital. A pious person may also give as much as he or she pleases as sadaqa, and does so preferably in secret. Although this word can be translated as 'voluntary charity' it has a wider meaning. The Prophet (SAW) said: 'Even meeting your brother with a cheerful face is charity.'

The Prophet (SAW) said: 'Charity is a necessity for every Muslim.' He was asked: 'What if a person has nothing?' TheProphet (SAW) replied: 'He should work with his own hands for his benefit and then give something out of such earnings in charity.' The Companions asked: 'What if he is not able to work?' The Prophet (SAW) said: 'He should help poor and needy persons.' The Companions further asked 'What if he cannot do even that?' The Prophet (SAW) said 'He should urge others to do good.' The Companions said 'What if he lacks that also?' The Prophet (SAW) said 'He should check himself from doing evil. That is also charity.'

The Fast

Every year in the month of Ramadan, all Muslims fast from first light until sundown, abstaining from food, drink, and sexual relations. Those who are sick, elderly, or on a joumey, and women who are pregnant or nursing are permitted to break the fast and make up an equal number of days later in the year. If they are physically unable to do this, they must feed a needy person for every day missed. Children begin to fast (and to observe the prayer) from puberty, although many start earlier. Although the fast is most beneficial to the health, it is regarded principally as a method of selfpurification. By cutting oneself off from worldly comforts, even for a short time, a fasting person gains true sympathy with those who go hungry as well as growth in one's spiritual life.

Pilgrimage (Hajj)

The annual pilgrimage to Makkah, the Hajj, is an obligation only for those who are physically and financially able to perform it. Nevertheless, about two million people go to Makkah each year from every comer of the globe providing a unique opportunity for those of different nations to meet one another. Although Makkah is always filled with visitors, the annual Hajj begins in the twelfth month of the Islamic year (which is lunar, not solar, so that Hajj and Ramadan fall sometimes in summer, sometimes in winter).

Pilgrims wear special clothes: simple garments which strip away distinctions of class and culture, so that all stand equal before God. The rites of the Hajj, which are of Abrahamic origin, include circling the Ka'ba seven times, and going seven times between the mountains of Safa and Marwa as did Hagar during her search for water. Then the pilgrims stand together on the wide plain of Arafa and join in prayers for God's forgiveness, in what is often thought of as a preview of the Last Judgement. In previous centunes the Hajj was an arduous undertaking. Today, however, Saudi Arabia provides millions of people with water, modem transport, and the most up-to-date health facilities. The close of the Hajj is marked by a festival, the Eid al-Adha, which is celebrated with prayers and the exchange of gifts in Muslim communities everywhere. This, and the Eid al-Fitr, a feast-day commemorating the end of Ramadan, are the main festivals of the Muslim calendar.

ALL ABOUT ISLAM

What is Islam?

Islam is not a new religion, but the same truth that God revealed through all His prophets to every people. For a fifth of the world's population, Islam is both a religion and a complete way of life. Muslims follow a religion of peace, mercy, and forgiveness, and the majority have nothing to do with the extremely grave events which have come to be associated with their faith.

Who are the Muslims?

One billion people from a vast range of races, nationalities and cultures across the globe--from the southern Philippines to Nigeria--are united by their common Islamic faith. About 18% live in the Arab world; the world's largest Muslim community is in Indonesia; substantial parts of Asia and most of Africa are Muslim, while significant minorities are to be found in the Soviet Union, China, North and South America, and Europe.

What do Muslims believe?

Muslims believe in One, Unique, Incomparable God; in the Angels created by Him; in the prophets through whom His revelations were brought to mankind; in the Day of Judgement and individual accountability for actions; in God's complete authority over human destiny and in life after death. Muslims believe in a chain of prophets starting with Adam and including Noah, Abraham, Ishmael, Isaac, Jacob, Joseph, Job, Moses, Aaron, David, Solomon, Elias, Jonah, John the Baptist, and Jesus, peace be upon them. But God's final message to man, a reconfirmation of the eternal message and a summing-up of all that has gone before was revealed to the Prophet Muhammad (SAW) through Gabriel.

How does someone become a Muslim?

Simply by saying 'There is no god apart from God, and Muhammad is the Messenger of God.' By this declaration the believer announces his or her faith in all God's messengers, and the scriptures they brought.

s

What does 'Islam' mean?

The Arabic word 'Islam' simply means 'submission', and derives from a word meaning 'peace'. In a religious context it means complete submission to the will of God. 'Mohammedanism' is thus a misnomer because it suggests that Muslims worship Muhammad (SAW) rather than God. 'Allah' is the Arabic name for God, which is used by Arab Muslims and Christians alike.

Why does Islam often seem strange?

Islam may seem exotic or even extreme in the modern world. Perhaps this is because religion does not dominate everyday life in the West today, whereas Muslims have religion always uppermost in their minds, and make no division between secular and sacred. They believe that the Divine Law, the Shari'a, should be taken very seriously, which is why issues related to religion are still so important.

Do Islam and Christianity have different origins?

No. Together with Judaism, they go back to the prophet and patriarch Abraham, and their three prophets are directly descended from his sons--Muhammad (SAW) from the eldest, Ishmael, and Moses and Jesus, peace be upon them, from Isaac. Abraham established the settlement which today is the city of Makkah, and built the Ka'ba towards which all Muslims turn when they pray.

What is the Ka'ba?

The Ka'ba is the place of worship which God commanded Abraham and Ishmael to build over four thousand years ago. The building was constructed of stone on what many believe was the original site of a sanctuary established by Adam. God commanded Abraham to summon all mankind to visit this place, and when pilgrims go there today they say 'At Thy service, O Lord', in response to Abraham's summons.

Who is Muhammad?

Muhammad (SAW) was born in Makkah in the year 570, at a time when Christianity was not yet fully established in Europe. Since his father died before his birth, and his mother shortly afterwards, he was raised by his uncle from the respected tribe of Quraysh. As he grew up, he became known for his truthfulness, generosity and sincerity, so that he was sought after for his ability to arbitrate in disputes. The historians describe him as calm and meditative. Muhammad (SAW) was of a deeply religious nature, and had long detested the decadence of his society. It became his habit to meditate from time to time in the Cave of Hira near the summit of Jabal al-Nur, the 'Mountain of Light' near Makkah.

How did he become a prophet and messenger of God?

At the age of 40, while engaged in a meditative retreat, Muhammad received his first revelation from God through the Angel Gabriel. This revelation, which continued for twenty-three years, is known as the Quran. As soon as he began to recite the words he heard from Gabriel, and to preach the truth which God had revealed to him, he and his small group of followers suffered bitter persecution, which grew so fierce that in the year 622 God gave them the command to emigrate. This event, the Hijra, 'migration', in which they left Makkah for the city of Madinah some 260 miles to the north, marks the beginning of the Muslim calendar. After several years, the Prophet (SAW) and his followers were able to return to Makkah, where they forgave their enemies and established Islam definitively. Before the Prophet (SAW) died at the age of 63, the greater part of Arabia was Muslim, and within a century of his death Islam had spread to Spain in the West and as far East as China.

How did the spread of Islam affect the world?

Among the reasons for the rapid and peaceful spread of Islam was the simplicity of its doctrine. Islam calls for faith in only One God worthy of worship. It also repeatedly instructs man to use his powers of intelligence and observation. Within a few years, great civilizations and universities were flourishing, for according to the Prophet (SAW) 'seeking knowledge is an obligation for every Muslim man and woman'. The synthesis of Eastern and Western ideas and of new thought with old, brought about great advances in medicine, mathematics, physics, astronomy, geography, architecture, art, literature, and history. Many crucial systems such as algebra, the Arabic numerals, and also the concept of the zero (vital to the advancement of mathematics), were transmitted to medieval Europe from Islam. Sophisticated instruments which were to make possible the European voyages of discovery were developed, including the astrolabe, the quadrant and good navigational maps. The Prophet (SAW) said, 'Seek knowledge even into China': the Hui Shen mosque was built in the seventh century.

What is the Qur'an?

The Quran is a record of the exact words revealed by God through the Angel Gabriel to the Prophet Muhammad (SAW). It was memorized by Muhammad (SAW) and then dictated to his Companions, and written down by scribes, who cross-checked it during his lifetime. Not one word of its 114 chapters, Suras, has been changed over the centuries, so that the Quran is in every detail the unique and miraculous text which was revealed to Muhammad (SAW) fourteen centuries ago.

What is the Qur'an about?

The Quran, the last revealed Word of God, is the prime source of every Muslim's faith and practice. It deals with all the subjects which concern us as human beings: wisdom, doctrine, worship, and law, but its basic theme is the relationship between God and His creatures. At the same time it provides guidelines for a just society, proper human conduct and an equitable economic system.

Are there any other sacred sources?

Yes, the sunna, the practice and example of the Prophet (SAW), is the second authority for Muslims. A hadith is a reliably transmitted report of what the Prophet (SAW) said, did, or approved. Belief in the sunna is part of the Islamic faith.

Rabu, 18 Juni 2008

KOMITMENT MUSLIM SEJATI

dimanapun kamu ditanam, berkembanglah


”Pengakuan sebagai muslim bukanlah klaim terhadap pewarisan, bukan klaim terhadap suatu identitas, juga bukan klaim terhadap suatu penampilan lahir, melainkan pengakuan untuk menjadi penganut Islam, berkomitmen kepada Islam, dan beradaptasi dengan Islam dalam setiap aspek kehidupan.”

Sebagai muslim, kita harus sadari bahwa iman bukanlah warisan yang kita dapatkan dari orang tua kita. Ataukah dari faktor lingkungan dimana kita berada. Tapi keimanan adalah kesadaran terdalam diri kita atas penciptaan kita dan kewajiban untuk menjadi abdi, hamba kepada Dia, ALLAH yang menciptakan kita.

Karakteristik yang harus kita miliki untuk menjadi muslim sejati adalah sebagai berikut:

Pertama, SAYA HARUS MENGISLAMKAN AKIDAH SAYA

Konsekuensi dari hal ini, maka kita harus:

1.Meyakini bahwa ALLAH Maha Pencipta, Maha Tahu, Maha Kuat, dan harus disembah
2.Meyakini bahwa ALLAH menciptakan alam semesta ini tidaklah secara sia-sia
3.Meyakini bahwa ALLAH mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab untuk mengenalkan manusia kepada pengetahuan tentang Dia, tujuan penciptaan mereka, awal kejadian, dan tempat kembali nanti
4.Meyakini bahwa tujuan keberadaan manusia adalah untuk mengenal ALLAH
5.Meyakini bahwa balasan bagi orang mukmin yang taat adalah surga, sedangkan yang kafir adalah neraka
6.Meyakini bahwa manusia melaksanakan kebajikan dan kejahatan dengan ikhtiar dan kehendaknya, akan tetapi ia tidak bisa melaksanakan kebaikan kecuali dengan taufik dan pertolongan ALLAH
7.Meyakini bahwa menetapkan syariat merupakan hak ALLAH yang tidak boleh dilanggar
8.Mengetahui nama-nama dan sifat-sifat ALLAH yang selaras dengan keangungan-Nya
9.Bertafakkur mengenai ciptaan ALLAH, bukan mengenai dzat-Nya
10.Meyakini bahwa pendapat para salaf lebih utama untuk diikuti, khususnya dalam persoalan takwil dan ta’thil serta menyerahkan pengetahuan mengenai makna-makna ini kepada ALLAH
11.Menyembah ALLAH tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun
12.Takut kepada-Nya dan tidak takut kepada selain-Nya
13.Mengingat-Nya dan senantiasa mengingat-Nya.

Doktor Brill, seorang ilmuwan barat mengatakan, “Seorang agamis sejati tidak akan pernah menderita sakit jiwa.”

Dale Carnegie mengatakan, ”Para dokter jiwa mengetahui bahwa keimanan yang kuat dan keteguhan memegang ajaran agama memberikan jaminan untuk mengatasi kerisauan dan kegelisahan serta menyembuhkan berbagai macam penyakit.”

14.Mencintai ALLAH dengan kecintaan yang menjadikan hati senantiasa merindukan keagungan-Nya
15.Bertawakkal kepada ALLAH dalam segala keadaan dan menggantungkan diri kepada–Nya dalam segala urusan
16.Bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat-Nya yang tak terhitung
17.Beristigfar memohon ampunan-Nya
18.Senantiasa menyadari pengawasan ALLAH dalam keadaan sendiri maupun di tengah-tengah manusia

Kedua, SAYA HARUS MENGISLAMKAN IBADAH SAYA

Dalam Adz-Dzariyat ayat 56, ALLAH berfirman, ”Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”

Konsekuensi dalam point kedua ini maka kita harus :

1.Beribadah dengan khusyuk sehingga bisa menghayati kehangatan komunikasi dengan ALLAH
2.Sepenuh hati dalam beribadah
3.Tamak dari beribadah, tidak pernah merasa puas
4.Memiliki keinginan besar untuk melaksanakan qiyamullail (shalat malam). Firman ALLAH dalam Al-Muzammil 6, ”Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.”
5.Menyediakan waktu untuk membaca dan merenungkan firman ALLAH dalam Al-Qur’an. Rasulullah bersabda, “Seutama-utama ibadah umatku adalah membaca AL-Qur’an.” (HR.Abu Na’im, dalam Fadhailul Qur’an)
6.Doa harus menjadi tanggaku dalam memohon kepada ALLAH dalam setiap keadaan.

Firman ALLAH, “…Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenan-kan bagimu.”

Ketiga, SAYA HARUS MENGISLAMKAN AKHLAK SAYA

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ahmad, Rasululllah bersabda, ”Sesungguhnya Aku diutus oleh ALLAH untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Suatu waktu, seperti yang diriwayatkan Ahmad, Rasulullah ditanya, ”Apakah agama itu?”
Beliau menjawab, ”Akhlak yang baik.”
Kemudian beliau ditanya tentang kesialan. Beliau menjawab, “Akhlak yang buruk.”

Diantara sifat yang seyogianya terdapat pada seorang muslim sejati adalah:
1.Bersikap wara’ (hati-hati) terhadap syubhat
2.Menahan pandangan (ghadul bashar)
3.Menjaga lidah
4.Malu (haya’)
5.Pemaaf dan sabar
6.Jujur
7.Rendah hati
8.Menjauhi prasangka, ghibah, dan mencari cela sesama muslim
9.Dermawan dan pemurah
10.Menjadi teladan yang baik

Keempat, SAYA HARUS MENGISLAMKAN KELUARGA DAN RUMAH TANGGA SAYA

Dalam At-Tahrim ayat 6, ALLAH berfirman, ”Hai orang-orang yang beriman, peliharah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai ALLAH terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Beberapa hal yang ditekankan dalam bagian ini adalah:

1.Tanggungjawab pernikahan

-Pernikahan harus dilaksanakn semata-mata karena ALLAH
-Hendaklah salah satu tujuan pernikahanku adalah menahan pandangan, memelihara kemaluan, dan bertakwa kepada ALLAH
-Memilih istri dengan sebaik-baiknya. Rasulullah bersabda, “Hendaklah kalian memilih untuk nutfah kalian, karena gen itu dapat menurun (niza’).”
-Memilih wanita yang berakhlak dan beragama
-Berhati-hati jangan sampai melanggar perintah ALLAH dalam pernikahan

2.Tanggungjawab pasca pernikahan

-Bersikap baik dan menghargai istri agar tumbuh kepercayaan antara satu dan lainnya. Rasulullah bersabda, ”Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik kepada istrinya, dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap istriku.” (HR.Ibnu Majah dan Hakim)
-Jangan sampai hubungan dengan istri hanya sebatas ranjang dan nafsu. Lebih penting lagi adalah kesesuaian dalam pemikiran, spiritual dan emosi. ALLAH berfirman dalam Thaha ayat 132, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.”
-Hubungan dengan istri dengan tuntunan syara’. Rasul bersabda, “Tidaklah seseorang menuruti istrinya dalam hal yang diinginkan nafsunya, kecuali ALLAH pasti menelungkupkan wajahnya di neraka.” Dalam kesempatan lain, beliau berkata, “Sungguh celaka budak istri.”

3.Tanggungjawab bersama dalam mendidik anak

Pada hakikatnya, buah yang diharapkan dari terbentuknya rumah tangga muslim adalah memunculkan keturunan yang shaleh.

Dalam Al-Furqan, ayat 74, ALLAH berfirman, “Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”

Rasulullah bersabda, “Tiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Muttafaq ilaih)

Selain itu, Rasul juga berkata, ”Tidaklah seorang ayah memberi kepada anaknya suatu pemberian yang lebih utama daripada adab yang baik.” (HR. Tirmidzi)

Kelima, SAYA HARUS MENGALAHKAN NAFSU SAYA

ALLAH berfirman, ”Dan demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka ALLAH mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya, beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams: 7-10)

Beberapa hal yang dibahas dalam point kelima ini adalah:

1.Sifat-Sifat Manusia

Dalam pergulatan melawan hawa nafsu, manusia terbagi menjadi beberapa tipe:

-Yang dikalahkan oleh nafsu mereka. Mereka cenderungan pada kehidupan dunia. Mereka adalah orang-orang kafir yang melupakan ALLAH.
-Yang bersungguh-sungguh memerangi nafsunya. Terkadang menang, terkadang kalah. Mereka berbuat kesalahan, tetapi kemudian bertaubat.

ALLAH berfirman, ”Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan ALLAH, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain ALLAH? Dan merekatidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Ali-Imran:135)

Rasulullah bersabda, ”Setiap anak Adam banyak melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang banyak melakukan kesalahan adalah orang-orang yang banyak bertaubat.” (HR.Ahmad dan Tirmidzi)

Relevan dengan hadits ini, ada sebuah riwayat dari Wahab bin Munabih. Ia berkata, “Sesungguhnya Iblis pernah berjumpa dengan Yahya bin Zakaria. Lalu, Yahya bin Zakaria berkata kepadanya, “Beritahulah aku tentang karakter anak Adam dalam pandangan kalian!”

Iblis menjawab, “Segolongan dari mereka adalah orang-orang sepertimu yang maksum. Kami sama sekali tidak mampu berbuat apa-apa untuk menggoda mereka. Golongan kedua adalah orang-orang yang di tangan kami ibarat sebuah bola yang ada di tangan anak-anak kalian. Keadaan diri mereka sendiri telah memberi peluang bagi kami, sehingga kami tidak perlu bersusah-susah menggoda mereka. Dan golongan ketiga adalah orang-orang yang paling menyulitkan kami. Kami selalu mendatangi mereka, tetapi setelah kami memperoleh apa yang kami hajatkan darinya, lantas ia tiba-tiba beristigfar memohon ampun sehingga istigfar itu merusak apa yang telah kami peroleh darinya. Jadi, kami tidak pernah putus asa menggodanya, tetapi kami juga tidak pernah mendapatkan apa yang kami perlukan darinya.”

2.Perangkat-Perangkat untuk Memenangkan Pertarungan Melawan Hawa Nafsu

-Hati. Ali bin Abi Thalib berkata, ”Sesungguhnya ALLAH memiliki bejana di bumi-Nya, yaitu hati. Maka, hati yang paling dicintainya adalah hati yang paling lembut, jernih dan kukuh.”
-Akal. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa dikehendaki baik oleh ALLAH, niscaya Ia memahamkannya mengenai agama.” (HR.Muslim)

3.Indikasi-Indikasi Kekalahan Akhlak

Fathi Yakan menulis, ”Sesungguhnya, ketika hati mati atau mengeras, ketika akalnya padam atau menyimpang, dan ia kalah dalam peperangannya melawan setan, ketika itu banyak pintu kejahatan di dalam dirinya sendiri dan setan mengalir di dalam diri anak Adam sebagaimana aliran darah.” (hal.72)

4.Sarana-sarana untuk membentengi diri dari masuknya setan

Setan mendatangi manusia dari 10 pintu:

Pertama, ambisi dan buruk sangka
Kedua, kecintaan terhadap dunia dan panjang angan-angan
Ketiga, keinginan untuk santai dan bersenang-senang
Keempat, bangga diri
Kelima, meremehkan dan kurang menghargai orang lain
Keenam, dengki
Ketujuh, riya’
Kedelapan, kikir
Kesembilan, sombong
Kesepuluh, tamak

Keenam, SAYA HARUS YAKIN BAHWA MASA DEPAN ADALAH MILIK ISLAM

Keyakinan ini didorong oleh beberapa faktor:

1.Rabbaniyyah Manhaj Islam
2.Universalitas Manhaj Islam
3.Elastisitas Manhaj Islam
4.Kelengkapan Manhaj Islam
5.Keterbatasan sistem-sistem “wadh’iyyah”

PADA BAGIAN KEDUA, penulis menjelaskan tentang afiliasi terhadap gerakan Islam. Ia menulis sebagai berikut, ”Dasar untuk mengaku sebagai aktivis pergerakan Islam adalah hendaknya pada diri seseorang telah terwujud semua sifat dan karakteristik pengakuannya sebagai Muslim. Inilah yang menjadikan pergerakan Islam memberikan perhatian terhadap kaderisasi, agar muncul individu Muslim yang benar keislamannya, sebelum menyiapkannya sebagai aktivis pergerakan.” (hal.83)

Karakteristik yang harus dimiliki oleh setiap Muslim agar pengakuan keislamannya benar, sebagai berikut:

Pertama, SAYA HARUS HIDUP UNTUK ISLAM

Manusia terbagi menjadi tiga golongan:

1.Golongan yang hidup untuk dunia. Kaum materialis. Oleh Al-Qur’an, mereka disebut sebagai “dahriyin”.

Lenin, salah seorang tokoh Komunis Rusia, pernah mengomentari pendapat seorang filosof seperti ini, “Sesungguhnya, alam semesta ini tidak prenah diciptakan oleh Tuhan atau manusia. Ia telah ada sejak semula dan akan tetap ada. Ia akan menjadi obor yang hidup abadi, ia akan hidup dan padam mengikuti hukum-hukum tertentu.”

2. Golongan yang tercampakkan di antara dunia dan akhirat. Mereka menjalankan agama secara ritual, formalitas belaka. Akan tetapi keyakinannya goyah.
3.Golongan yang menganggap dunia sebagai lahan bagi kehidupan akhirat.

”Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Al-An’am: 32)

Bagaimana saya hidup untuk Islam?

1.Mengetahui tujuan hidup
2.Mengetahui nilai-nilai dunia dibandingkan dengan akhirat
“Dunia adalah penjara orang mukmin dan surga orang kafir” (HR.Muslim)
3.Menyadari bahwa kematian pasti datang dan mengambil pelajaran darinya
”Kubur adalah satu taman diantara taman-taman surga atau satu parit di antara parit-parit neraka.” (HR.Thabrani)
4.Mengetahui hakikat Islam
5.Mengetahui hakikat jahiliyah
Rasulullah berkata, ”Barangsiapa mempelajari bahasa suatu kaum, maka ia akan aman dari tipu daya mereka.”

Kedua, SAYA HARUS MEYAKINI KEWAJIBAN MEMPERJUANGKAN ISLAM

Memperjuangkan Islam adalah wajib. Hal ini bisa dilihat dari beberapa sudut pandang:

1.Kewajibannya sebagai prinsip
2.Kewajibannya sebagai hukum
3.Kewajiban menegakkan Islam sebagai kebutuhan darurat
4.Kewajiban secara individu dan kolektif
5.Barangsiapa berjihad, sesungguhnya ia berjihad untuk dirinya sendiri

Ketiga, PERGERAKAN ISLAM; MISI, KARAKTERISTIK, DAN PERLENGKAPANNYA

1.Misi Pergerakan Islam. Tegaknya agama ALLAH di muka bumi.
2.Karakteristik dasar pergerakan Islam:
-Rabbaniyyah (Ketuhanan)
-Pergerakan independen
-Pergerakan progressif
-Pergerakan komprehensif
-Menjauhi Perselisihan fiqih
3.Spesifikasi Gerakan Islam
-Jauh dari kekuasaan para penguasa dan politikus, walau di antara anggotanya ada yang menjadi penguasa dan politikus
-Memiliki tahapan dalam dakwahnya. Imam Hasan Al-Banna, dalam Risalah Ta’alim, menjelaskan bahwa dakwah ini memiliki tiga tahapan: ta’rif (pengenalan), takwin (pembentukan), dan tanfidz (pelaksanaan).

Tahapan Ta’rif  Menyebarkan fikrah umum kepada masyarakat, sarananya adalah pengajian dan bimbingan, pendirian lembaga-lembaga yang bermanfaat, serta sarana-sarana operasional lainnya.

Tahapan Takwin  Menyaring unsur-unsur yang baik untuk memikul beban-bedan jihad dan membentuk sinergi satu sama lain. Aturan dakwah dalam tahapan ini adalah sufi murni dilihat dari aspek spiritual dan militer murni dilihat dari aspek operasional. Pada tahapan ini tidak ada yang berhubungan dengan dakwah selain orang yang memiliki kesiapan sejati untuk memikul beban-beban jihad yang panjang dan banyak tanggungjawab. Tanda-tanda pertama kesiapan adalah ketaatan yang penuh.

Tahapan Tanfidz  Dakwah pada tahapan ini berupa jihad tanpa kompromi, aktivitas berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan, serta ujian dan cobaan yang tidak mungkin mampu bersabar menghadapinya selain orang-orang yang tulus. Tidak ada yang menjamin kesuksesan dalam periode ini selain ketaatan yang penuh pula.

-Mengutamakan aktivitas dan produktivitas ketimbang klaim dan propaganda
-Mengatur napas yang panjang
-Nyata dalam aktivitas, rahasia dalam organisasi
-Uzlah kejiwaan, bukan fisik
-Tujuan tidak menghalalkan segala cara

4.Perlengkapan Pergerakan Islam
-Memiliki keimanan yang kuat
-Meyakini jalan yang mereka tempuh, keistimewaan dan kebaikannya
-Meyakini persaudaraan serta hak-hak dan kesakralannya
-Meyakini agung dan besarnya pahala
-Meyakini akan diri sendiri


Keempat, SAYA HARUS MENGETAHUI JALAN PERJUANGAN ISLAM

Imam Syahid Hasan Al-Banna, dalam Majmu’atur Rasail , melukiskan potret pejuang Islam sebagai berikut:

”Wahai para ikhwan, kalian bukanlah organisasi sosial, bukan partai politik, bukan pula organisasi domestik yang memiliki keterbatasan tujuan. Tetapi kalian adalah ruh baru yang mengalir di dalam hati sanubari umat ini, kemudian dihidupkan oleh ALLAH dengan cahaya Al-Quran. Kalian adalah cahaya baru yang bersinar terang, yang akan memorak-porandakan kegelapan hidup hedonistis dengan makrifatullah. Ketahuilah, kalian adalah suara yang bergaung keras dengan menggemakan seruan Rasulullah Saw.”

Kelima, SAYA HARUS MENGETAHUI DIMENSI AFILIASI SAYA KEPADA PERGERAKAN ISLAM

1.Afiliasi dalam akidah
2.Afiliasi dalam tujuan

Keenam, SAYA HARUS MENGETAHUI POROS-POROS PERJUANGAN ISLAM

Tiga Poros Perjuangan Islam :

1.Kejelasan tujuan
2.Kejelasan jalan
3.Komitmen terhadap jalan Rasul Saw.

Posisi Kekuatan Fisik dalam Strategi Pergerakan  Rasulullah berkata, ”Mukmin yang kuat itu lebih dicintai ALLAH daripada mukmin yang lemah.” (HR.Muslim)

Ketujuh, SAYA HARUS MENGETAHUI PERSYARATAN BAIAT DAN KEANGGOTAAN

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

1.Kualitas bukan kuantitas
2.Baiat dan hukumnya
3.Ketaatan dan hukumnya
4.Rukun-Rukun baiat
5.Kewajiban-Kewajiban Akhi Muslim

(Aussie,18 june'08 inspired from komitment muslim sejati fathi yakan)